Apel Akbar di Hari Pancasila

Demo dibumbui kekerasan, fisik mau pun verbal, oleh pendemo mau pun dari pihak aparat, menunjukkan tipisnya kesadaran bernegara. Satu pihak dengan alasan menyampaikan aspirasi memaksakan kehendaknya dengan beramai-ramai mencacimaki aparat, mendobrak pagar, membakar ban, melempar batu bahkan bom molotov seakan yang dihadapinya adalah penjajah. Sementara pihak penjaga ketertiban — yang seharusnya sudah terlatih mampu menahan emosi— ternyata menghadapi mereka membabi buta bagai terhadap para pemberontak.

Perilaku semacam ini juga sering muncul pada kasus lain semisal penertiban oleh Polisi Pamong Praja yang kurang sadar hukum, atau oleh kelompok-kelompok organisasi yang merasa berhak menertibkan.

Tidak sepatutnya kita mendukung atau membela siapa pun dari mereka yang mempergunakan kekerasan dalam menyampaikan aspirasinya, apa pun alasannya.

Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “semua buat semua”, “satu buat semua, semua buat satu”. Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan. Continue reading Apel Akbar di Hari Pancasila